ANAK KANGURU NAIK KE KANTUNG INDUKNYA UNTUK ISTIRAHAT DAN MAKAN ("AKU TAHU!" : Asal Tahu Saja, Suranto Adi Wirawan, 2010)

Minggu, 13 April 2008

Jumlah Banyak Memang Penting, Tapi...

Sebuah koran lokal di Tegal Rabu 9 April 2008 menyebutkan, dari 2.399 siswa SMA negeri dan swasta (di Tegal), hanya 615 siswa saja yang (pantas) lulus berdasarkan kriteria yang ditentukan. Agaknya memang, di samping semangat belajar anak-anak didik kita yang sudah rendah, didukung oleh metode pengajaran, mutu guru yang juga asal-asalan, dan juga oleh korupnya regulator (pemerintah).

Seiring dengan makin meningkatnya jumlah lulusan sekolah, pemerintah mungkin mengkhawatirkan dampaknya terhadap penyediaan kesempatan kerja untuk mereka. Ini tentu saja tidak sejalan dengan (sebagian) sekolah yang menginginkan 100% siswa level terakhirnya lulus, juga tidak sejalan dengan kebijakan (sebagian) birokrat yang wanti-wanti kepada para kepala sekolah untuk, misalnya, agar siswa yang tidak naik kelas tak lebih dari 5%.

Lho?! Apa-apaan kyeh?

Kalau dipikir bodhon (gampangan) saja, anak yang dapat memahami suatu materi pelajaran tertentu saja, paling hanya satu sampai (katakanlah) tujuh orang. Ini baru satu materi pelajaran, lha kepriben angger seluruh materi semua pelajaran? Pasti hanya sedikit saja yang dapat menyerapnya, dan kemudian naik kelas.

Jadi, mana relevansinya antara kebijakan birokrat yang membatasi angka ketidaknaikan kelas dengan kondisi nyata dunia pendidikan kita? Jelas ini kontraproduktif! Jelas ini menghambat mainstream semangat pembangunan yang mengharuskan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif, bukan sumber daya yang manipulatif!



Asbabun Nuzul Surah ‘Abasa

Pernah dengar cerita orang buta yang ditolak oleh Muhammad saw, yang beliau justru berpaling kepada para pembesar yang diperkirakan bila berdakwah kepada mereka akan membawa pengikut yang banyak? Bagaimana kemudian kejadiannya? Allah swt. menegur kanjeng nabi kita, sehingga kemudian setiap kali nabi bertemu dengannya, Abdullah bin Umi Maktum, nabi memanggilnya dengan sebutan “Hai orang yang aku ditegur Allah karenamu!”

Allah menegurnya karena Abdullah bin Umi Maktum ini bersungguh-sungguh mengharapkan bimbingan ilmu agama, bukan asal, bukan sekedar ikut-ikutan. Ikut-ikutan temannya kek, orangtuanya kek, saudaranya kek, atau tetangganya. Orang buta ini benar-benar mengharapkan bimbingan nabi agung junjungan kita.

Sedang para pembesar itu tidak begitu membutuhkannya. Mereka sekadar mengikuti tren yang berkembang saat itu, yang seakan-akan semua sudah menerima islam, setelah banyak yang menjadi pengikut risalah yang lurus ini.

Begitulah sebagian besar anak didik di Indonesia, disuruh belajar mereka tak mau, begitu mau ujian kedhandhapan berdoa, puasa senen-kemis, baca pancasila sampai sepuluh ribu kali, al Fatihah 70.000 kali tanpa bernapas he .. he .. he.. Mungkin bisa lulus, tapi bisa bersaing apa tidak? Atau hanya akan menjadi beban masyarakat saja?

Nah, jadi …, jumlah yang banyak memang penting, tapi … tentu harus dengan kualitas yang cukup (tak usah mentargetkan bagus atau tinggi), bukan sekadar “cuci gudang” saja !

lintasberita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment here ..