ANAK KANGURU NAIK KE KANTUNG INDUKNYA UNTUK ISTIRAHAT DAN MAKAN ("AKU TAHU!" : Asal Tahu Saja, Suranto Adi Wirawan, 2010)

Jumat, 30 Mei 2008

Capitols : On The Move

IT is TIME for THOSE CAPITOLS of ALL COUNTRIES in THE WORLD to MOVED. The main benefit of this idea is more fairly separation of developing country areas.

For example, a research mentioned that money circulation in Jakarta, the capitol of Indonesia, is about 70 %, and the other 30 % is separated out of Jakarta. Meanwhile the area of Jakarta is less than 10 %, but the others are more than 90 % of whole Indonesian areas.

Imagine this … 10 % area enjoy 70 % money (its acceptance is not fair, too), but more 90 % area must fight to get those (only) 30 % money.

It isn’t fair, isn’t it ?

In Rio de Janeiro, Brazil, we can find that crime index is about 202,7 / day ! It is a very dangerous condition ! That is one of some bad impact when development are centered at one area, or city, or country.

OK Mr. Bush, Mr. Ban Ki Moon, Mr. SBY, and all leaders in the whole world, you must heal the world (lend me your words, Jacko!) by giving chances to peripheral areas to develop. And it will happen if you empowering peoples to move the capitol of your country.

It won’t happen when you just urge political earnings for yourself.

Well, which one is the most important for you ?

lintasberita

Kamis, 29 Mei 2008

JUMLAH BANYAK MEMANG PENTING, TAPI .... (lanjutan)

KALAU KAMU MENGANDALKAN BANYAKNYA JUMLAH PENGIKUT UNTUK MEMENANGKAN SESUATU, ITU BERARTI KAMU HANYA MEMANFAATKAN KEBODOHAN ORANG-ORANG YANG EMOSIONAL SAJA.
(memang orang kita banyak yang seperti ini, jadi gampang dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu)

KALAU KAMU MENGANDALKAN DIRIMU SENDIRI SAJA DAN MENISBIKAN BANTUAN ORANG LAIN, BERARTI KAMU SOMBONG DAN MEMBUNUH DIRIMU SENDIRI.

MEMANG ... JUMLAH BANYAK ITU PENTING, TAPI KUALITASNYA JUGA HARUS DICUKUPI.
lintasberita

Senin, 26 Mei 2008

Soeharto : Pahlawan atau Koruptor ?

Jika seorang tokoh masyarakat berbuat baik, maka itu adalah kewajibannya. Bukan suatu hal yang istimewa. Perbuatan baik seorang artis, pejabat, kepala negara kepada rakyatnya, tidak layak disebut sebagai “jasa”. Dengan segala kewenangan, kemmapuan, dan popularitasnya, mudah saja mereka berlaku demikian, di saat banyak orang ingin berbuat baik.
Di saat banyak orang ingin “menjadi pahlawan”, para tokoh masyarakat wajib berada di garis depan kepahlawanan. Itu adalah tugasnya. Rakyat menggaji dia, mendukung popularitasnya, untuk melaksanakan tugasnya tersebut.
Maka tak layak seorang (mantan) pejabat atau tokoh masyarakat diberi gelar kepahlawanan, bintang jasa atau bahkan dikuburkan di makam pahlawan, dengan upacara kebesaran militer.
Dengan pemaparan begini, timbul pertanyaan : apakah Soeharto itu seorang pahlawan ?
Jelas bukan.
Apakah dia seorang koruptor ?
Itu harus dibuktikan oleh pengadilan yang independent dan transparan.
Tidak mungkin ada manusia yang seratus persen baik, atau seratus persen jelek.
Harus ada prosedur pertanggungjawaban yang fair sebelum seorang (mantan) tokoh masyarakat diberi penghargaan atau dijatuhi hukuman.
Ini berarti, perlakuan yang diberikan kepada mendiang Soeharto : memakamkannya dengan upacara militer, mendoakan dengan tahlilan, itu adalah berlebihan, dan membuktikan bahwa kita adalah bangsa inferior, butuh waktu lebih lama untuk bangkit.
lintasberita

Sabtu, 24 Mei 2008

Mana Indonesiaku ?

Menonton tingkah selebriti Indonesia dari televisi (swasta) rasanya semakin menyebalkan saja. Belum hilang dari ingatan skandal asmara seorang artis dengan seorang petinggi partai dan jajaran pimpinan dewan yang mulia, sepak terjang para penyanyi dangdut yang menonjolkan goyangan tubuhnya sebagai aset, gonjang-ganjing rumah tangga pemusik terkenal yang tak kunjung berujung, kini layar televisi swasta kita diramaikan oleh konflik pasangan kumpul kebo.
Rakyat banyak yang sudah lelah oleh deraan krisis semakin terbata-bata menata hidupnya, demi menyaksikan perilaku para tokoh yang begitu selfish, individualistis.
Mungkin negeri ini hanyalah sepenggal kecil dalam periode hidup mereka. Cuma tempat transit dari segala hiruk pikuk dunia. Namun mereka. orang-orang besar itu, yang berwajah ayu dan ganteng, adalah "dewa" bagi orang banyak.
Tak jarang kita saksikan orang menangis demi melihat pujaannya, banyak pula yang memajang foto mereka di kamar-kamar, atau sekadar mendaftar layanan HP selebriti hanya untuk mengetahui kegiatan mereka sehari-hari.
Sebagai negeri yang sedang krisis, Indonesia termasuk boros.
Uang yang ada dipakai untuk membuncitkan perut para pejabat makelar rakyat, sedang uang yang tersisa dibelanjakan untuk kegiatan yang tak perlu : arisan, pengajian, seremoni mewah, pesta musik, narkoba, atau membiayai sayembara mencari kucing hilang milik istri gubernur ...
Ada baiknya jika rakyat bersatu menolak menonton televisi swasta karena selain hanya menampilkan wajah-wajah asing yang merampas jatah lapangan kerja untuk orang Indonesia, juga karena tidak memberikan kontribusi apa pun.
Ujung-ujungnya, masyarakat pun menjadi korban bagai kerakap di atas batu :
hidup segan mati pun tak mau ...
lintasberita

Senin, 19 Mei 2008

Kebangkitan Banyolan

Apa sih bukti adanya kebangkitan nasional itu ? Konvoi motor gede keliling Jawa sejauh 1908 kilometer ? Penampilan (glamour) para selebriti dalam kabaret di televisi itu ? Semakin banyaknya produksi film nasional di layar lebar ?
Ataukah kenaikan harga BBM ?
Ataukah, konflik sosial yang semakin merebak di mana-mana ?
Ataukah ..., pembunuhan diri bapak dan anak-anaknya di Tegal ?
Ya, hari ini genap 100 tahun kebangkitan nasional.
GENAP SERATUS TAHUN ?
Wow, itulah dia!
Kita masih suka menghubung-hubungkan.
Nomor keberuntungan.
Angka keramat.
Link-link yang tidak ilmiah itu seakan menjadi penghubung ke acara-acara festival,, hura-hura, pesta pora.
Ulangtahun (apapun) kelipatan angka sepuluh dan lima akan lebih meriah acaranya dibanding selainnya. Dan akan mencapai puncaknya bila mencapai angka 100, atau 1000.
Sehingga kita mengenal kawin perak 25 tahun, kawin emas 50 tahun (kalau 100 tahun kawin apa ya? kawin platinum ngkali!)
Acara-acara televisi yang banyak mengundang ha ha hi hi pun bila mencapai episode seribu pasti akan menampilkan bintang tamu yang lebih ha ha hi hi hu hu he he ho ho, seolah semua persediaan tawa harus dikeluarkan saat itu juga. Semua orang harus terbahak-bahak, seakan langit runtuh di bumi Indonesia. Agar tampaklah negeri yang subur makmur.

Bukan.
Bukan negeri yang subur makmur.
Tapi negeri mesin tawa, ngeri ngocol, negeri mbanyol ...
Seabad kebangkitan nasional, beribu tanya mendesak-desak di dada :

apanya yang bangkit ???
lintasberita

Toko Buku DIDA wisatabaca




Menandai Hari Kebangkitan Nasional, DIDA wisatabaca menerbitkan buku belajar membaca untuk anak-anak, yang berisi pengetahuan praktis yang jarang diketahui orang-orang besar sekalipun. Dengan buku-buku ini, anak Anda akan semakin gemar membaca dan ... smart

Aneka pengetahuan itu misalnya : "Bill Gates, meskipun tidak lulus kuliah, namun dikaruniai minat belajar dan gemar membaca, sehingga dia kini menjadi orang terkaya ketiga di dunia".

Minat ? Hubungi alamat DIDA wisatabaca di atas, harga 1 (satu) eksemplar buku Rp. 7.000,00 (Tujuh ribu rupiah SAJA!). Tersedia juga judul-judul lain : "Gemar Membaca", "Unak-unik Dunia Hewan", "Unak-unik Dunia Tumbuhan", dan lain-lain.

AYO BURUAN ! lintasberita

Rabu, 14 Mei 2008

Ujian Alternatif

Mungkin akan baik jika ujian untuk anak sekolah ditempuh dengan cara mengambil referensi dari buku paket/cetak yang memuat materi pelajaran yang diujikan, dan dengan waktu yang dibatasi, misalnya 3 menit.
Pada saat ujian berlangsung, mereka dperbolehkan membawa buku sebanyak-banyaknya untuk melihat penjelasan materi.
Hikmahnya, anak akan lebih rajin membaca untuk mengenali bukunya, lebih taktis strategis menyelesaikan materi ujian.
Bagaimana dengan soal ? Tentu saja soalsoal ujian dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak sama persis dengan contoh soal yang di buku-buku referensi.
Sistem ujian yang sekarang, selain hanya mengandalkan daya ingat (bukan daya nalar, ini berarti hanya hafalan saja), juga tidak menciptakan kebiasaan gemar membaca dan mengakrabi buku pada diri anak-anak sekolah. Tentu saja, dengan kondisi demikian, tujuan pendidikan (nasional) tak akan tercapai.
Selama ini cara-cara yang dipakai untuk ujian anak sekolah hanya menghasilkan segelintir anak-anak yang pintar menghafal materi, namun tak sanggup menalar, apalagi menganalisis dan memberi solusi atas fenomena sosial kemasyarakatan yang terjadi di sekitarnya.
Akibatnya lahirlah generasi yang apatis-pasif-reaktif, bukan generasi yang antisipatif terhadap tantangan jaman. Jika mereka tak dapat melanjutkan sekolah, maka pilihan satu-satunya adalah menganggur, atau membantu orangtuanya bekerja. Jika otangtuanya pun menganggur, maka mereka hanya bisa begadang dengan teman-temannya, aau main playstation, chatting internet, game online ..... lintasberita

Senin, 12 Mei 2008

UASBN : Apa lagi itu ?

Hari ini kita mulai lagi ujian tahunan yang memaakan biaya, tenaga, pikiran ...
"Ritual" tahunan dengan hasil yang tak sebanding itu mungkin sangat bagus untuk mereka murid-murid tingkat sekolah dasar yang tinggal di kota, dengan fasilitas yang bagus, dukungan penuh dari orangtua.
Namun bagaimana yang di desa?
Mau berangkat setiap hari saja mungkin sudah bagus, apalagi mencapai standar kelulusan yang memenuhi kriteria... lintasberita

Minggu, 11 Mei 2008

NEGERI POCONG HITAM, NEGERI SUSTER NGESOT,

NEGERI SMS SANTET, NEGERI KOLOR IJO, NEGERI HANTU

JERUK PURUT, NEGERI SI MANIS JEMBATAN ANCOL,

NEGERI TEROWONGAN CASABLANCA, NEGERI TUYUL,

NEGERI TENGKORAK, NEGERI BABI NGEPET, NEGERI

HANTU AMBULANCE, NEGERI NYI RORO KIDUL, NEGERI

MBAH PANGGUNG …


apa lagi yang tersisa di negeri apakah namanya ?
lintasberita

Kamis, 08 Mei 2008

NEGERI APAKAH NAMANYA TIDAK BISA LEPAS DARI MASALAH JIKA MAYORITAS UMAT ISLAM MASIH BERKUTAT PADA SUFISME,ROMANTISME, PENGHORMATAN BERLEBIHAN KEPADA KYAI, "WALI", MAKAM KERAMAT, TAHLILAN, YASINAN, SYUKURAN, DOLANAN ...
SEMENTARA MEREKA KAUM TEKNOKRAT BARAT SUDAH MENEMUKAN TEKNOLOGI GADGET TERBARU, KITA DI SINI MASIH SIBUK BEGADANG, RASAN-RASAN, MAIN PLAYSTATION, LAYANGAN, VIDEO PORNO ... lintasberita

Senin, 05 Mei 2008

Manusia Kotak

Dunia semakin sering melahirkan orang-orang besar, orang-orang yang kemudian merasa bebas mempermainkan hitam putihnya dunia. Orang-orang yang merasa memegang kunci kotak Pandora silang sengkarut dunia.
Sementara jauh di dalam tempurung, negeri apakah namanya tak henti melahirkan orang-orang kerdil, orang-orang yang minder menatap dunia dan bebas menindas yang tak berdaya.
Orang-orang besar bertahta di menara gading, memandang sebelah mata kepada orang-orang kerdil.
Orang-orang kerdil, terus menerus mengutuki dirinya sendiri sebagai orang lemah, tak berdaya, sehingga masing-masing merasa harus dikasihani, disantuni.
Alangkah “mengherankan” melihat mereka hidup dalam “kotak”nya masing-masing.
Orang hebat selalu hidup out of the box, karena memang di situlah kenyamanannya. Orang kerdil dengan segala macam bungkus “agama”, “moral’, "adat istiadat", tak pernah mau keluar dari tempurungnya, karena memang di sinilah dia hidup nyaman.
Cobalah untuk sesekali keluar dari kebiasaan kita, cari pengalaman baru, buka wawasan, mencicil kebesaran … lintasberita