ANAK KANGURU NAIK KE KANTUNG INDUKNYA UNTUK ISTIRAHAT DAN MAKAN ("AKU TAHU!" : Asal Tahu Saja, Suranto Adi Wirawan, 2010)

Selasa, 16 Desember 2008

TELOR PALSU, IJAZAH PALSU, SURAT NIKAH PALSU, OBAT

PALSU, JAMU PALSU, AIR MINERAL PALSU, MINUMAN

KEMASAN PALSU, SIM PALSU, STNK PALSU, KTP PALSU,

POLISI GADUNGAN, TENTARA GADUNGAN, DOKTER

GADUNGAN, MOTOR BODONG, MOBIL BODONG ...

lintasberita

Senin, 17 November 2008

Manakah Yang Lebih Banyak ?

Golongan manusia yang bagaimana yang jumlahnya lebih banyak ? Penghuni surga dengan penghuni neraka lebih banyak manakah ? Orang beriman dengan orang kafir, siapakah yang lebih sedikit ? Manusia yang tersesat dengan yang mendapat petunjuk, golongan manakah yang lebih banyak ? Pernahkah pertanyaan-pertanyaan ini Anda ungkapkan dalam hidup kita yang singkat dan hanya satu kali ini ?

Pertimbangkan kenyataan-kenyataan berikut ini :

  • amal perbuatan yang menyebabkan seseorang masuk neraka lebih mudah dilakukan daripada amal perbuatan yang menyebabkan masuk surga. Amalan calon penghuni neraka dilingkupi berbagai hiasan, sedang amalan calon penghuni surga berliku-liku, terjal, dipenuhi onak dan duri

  • firman Allah ta’ala :

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) {QS. Al An’aam : 116}

  • .. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (oang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan … {QS. Al An’aam : 119}

  • dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at) {QS. Al A’raaf : 17}

  • benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya {QS. Al A’raaf : 18}

  • Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, … {QS. Al A’raaf : 178}

  • Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik {QS. Al Hadiid : 16}

  • maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun … {QS. At Taubah : 25}

  • sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia itu tidak mengetahui(nya) {QS. Yunus : 55}

  • (Iblis) berkata : Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil {QS. Al Israa’ : 62}

  • Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya … {QS. Yusuf : 103}

  • Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah {QS. Yusuf : 106}

  • , sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia … {QS. Ibrahim : 36}

  • Iblis berkata : “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan memandang baik di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba Engkau yang mukhlis di atara mereka {QS. Al Hijr : 39-40}

  • Mereka mengetahui nikmat Allah,kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir {QS. An Nahl : 83}

  • Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur’an ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkarinya {QS Al Israa’ : 88}

  • Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia baik bagimu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar {QS. An Nuur : 11}

  • maka kebanyakan manusia itu tidak kecuali mengingkari (ni’mat) {QS. Al Furqaan : 50}

  • Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman {QS. Asy Syu’araa : 190} **ayat-ayat dengan lafaz yang sama telah diulang-ulang pada surat-surat sebelumnya**

  • dan masih banyak lagi

Nah, masih bangga dengan jumlah anggota kelompokmu yang besar ?

lintasberita

Senin, 27 Oktober 2008

UNTUK SEMENTARA, DIDA WISATABACA BERHENTI BEROPERASI KARENA SEDANG MENATA HATI, MENATA PIKIRAN, MEMPERSIAPKAN LANGKAH AGAR KAPITALISME KECIL-KECILAN YANG SEDANG MELANDA DAN MULAI MENAGIH JATAH DARI WARGA KOTA TEGAL DENGAN TERPILIHNYA ORANG DENGAN DUIT BUKAN DENGAN HATI NURANI, TIDAK BERPENGARUH TERLALU BESAR TERHADAP KEBERADAAN DIDA WISATABACA. KEBETULAN SAJA, KOLEKSI BUKU-BUKU DI SINI MENGEDEPANKAN KECERDASAN DAN DAYA NALAR YANG JERNIH TANPA MENINGGALKAN FITRAH KEMANUSIAAN, YANG BERARTI AKAN BERSEBERANGAN DENGAN MAINSTREAM YANG ADA DI SINI ...

WALLAHU A'LAM.
lintasberita

Kamis, 02 Oktober 2008

JANGAN SALAH ...

Jangan mengatakan “Israel biadab …”, atau yang semacamnya (dengan menyebut kata Israel), karena dalam bahasa mereka, isra berarti hamba, sedangkan il bermakna Alloh swt. Kata Israel bermakna hamba Allah.

Al Imam Asy Syaukani mengatakan : “Para ahli tafsir sepakat bahwa Israil adalah (nabi) Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim. Sehingga frasa Bani Israil bermakna keturunan Nabi Ya’kub.

Bila kita mencaci-maki Israel, berarti ( tanpa disadari) kita mencela seorang nabi. Ini adalah suatu kekafiran.

Sehingga kalau mau mengungkapkan kekesalan atas kedzaliman mereka, langsung saja kita sebut, misalnya, Yahudi laknatullah … Ini akan lebih menyelamatkan kita, insya Allah.

Dikutip dari Majalah Asy Syariah No. 42/IV/1429H/2008

lintasberita

Senin, 29 September 2008

URGENSI ILMU

ADUHAI, BARU KUSADARI PENTINGNYA ILMU

UNTUK SEGALANYA, SEHINGGA ALLAH swt.

MENINGGIKAN DERAJAT ORANG BERILMU

DARIPADA YANG TIDAK.
lintasberita

Kamis, 25 September 2008

Lomba Google

Kamis, 25 September 2008 | 14:27 WIB

NEW YORK, KAMIS — Anda memiliki ide yang mampu mengubah dunia atau setidaknya membantu kemaslahatan umat? Segera kirim ide Anda ke www.project10tothe100.com. Dapatkan hadiah 10 juta dollar AS (sekitar Rp 93 miliar).

Ya, perusahaan raksasa internet Google Inc mengadakan sayembara adu brilian ide untuk merayakan HUT ke-10 dengan hadiah total 10 juta dollar AS. Syaratnya, ide itu harus benar-benar baru dan diyakini menguntungkan bagi kehidupan manusia.

Program itu dinamai Project 10^100 (dibaca 10 untuk ke-100) dan diumumkan melalui CNN, Kamis (25/9). Tim juri akan memilih lima pemenang dan akan diumumkan Februari 2009. Panitia menerima ide dalam 25 bahasa hingga 20 Oktober 2008.

"Ide ini bisa besar atau kecil, berteknologi atau sederhana tapi brilian. Tetapi, semuanya harus memiliki dampak. Kami sadar ada banyak ide brilian yang memerlukan dana dan dukungan untuk menjadi kenyataan," bunyi rilis Google.

Ide bermanfaat yang dimaksud Google adalah seperti penemuan alat Hippo Water Roller. Dikembangkan di Afrika, alat ini bisa mengangkut 24 galon air dan dapat digeser dengan mudah. Alat ini mempermudah warga setempat mengangkut air bersih ke rumahnya.


ONO

Sumber : CNN
lintasberita

Sabtu, 30 Agustus 2008

Kalau "Ini" Boleh, Kenapa "Itu" Tidak Boleh ?

Sebenarnya, anarki telah dilakukan oleh masyarakat dan tokoh-tokohnya sejak puluhan tahun yang lalu. Perilaku ini jauh dari kekerasan, namun lebih mencekam daripada kekerasan anarkis yang akhir-akhir ini sering terjadi dengan mengatasnamakan agama tertentu, bahkan orang-orangnya berwajah santun, dengan nyanyian-nyanyian indah yang membuai telinga (bagi yang suka mendengarnya).

Perilaku ini biasanya terjadi di masjid-masjid, rumah-rumah di kampung tempat suatu even-even kegiatan keagamaan berlangsung, yaitu berupa tembang puji-pujian, seusai adzan sholat dikumandangkan, atau pembacaan ayat suci Al Qurán dengan pengeras suara.

Ini adalah perilaku anarkis, di mana, semua orang di sekitar masjid "diwajibkan" mendengar lagu-lagu pujian yang tidak diketahui kesahihan sumber-sumbernya ini. Mereka yang melantunkan pun, bila ditanya, tak tahu sumber lagu-lagu itu dari mana. Imam masjid, atau kyainya, jika ditanya, paling hanya menyodorkan hadits-hadits lemah atau palsu, atau bahkan kisah-kisah
israiliyat yang tak dapat dijadikan sandaran.

Orang-orang sekitar, entah mengikuti pengajian itu atau tidak, entah setuju atau tidak setuju dengan syair-syair yang dialunkan keras-keras itu, "wajib" mendengarnya. Tak boleh ada protes, yang protes akan mendapat sanksi moral, dijauhi dan dikucilkan.

Akibat lebih jauh, yang berbeda ini akan dicap sesat, memecah belah umat, dsb. Sanksi moral dari masyarakat lebih kejam daripada vonis pengadilan. Jika vonis pengadilan dapat direkayasa, maka sanksi moral lebih memiliki daya sihir, meski secara pelan-pelan ... menciptakan manusia-manusia berjiwa sakit yang pada gilirannya akan mampu melakukan kegilaan-kegilaan yang lebih anarkis, yang bahkan mungkin tak disangka-sangka dapat dilakukan, atau sekadar mengasilkan split personality, kepribadian ganda yang skeptis-apatis memandang dunia.

Di kalangan masyarakat yang berpenyakit, maka orang sehat akan disebut aneh. Di antara orang-orang gila, yang waras akan dituding gila, dan sebaliknya kegilaan akan dibilang ‘normal’.

Sungguh, dalam keadaan seperti ini, kita membutuhkan pedoman hidup yang benar-benar benar, asli, tak pernah diubah oleh tangan-tangan kotor manusia, dan dapat dipercaya. Sebagai seorang muslim, aku harus menyatakan bahwa hanya Al Qur’an dan Sunnah (yang sahih), itulah pedoman yang kubutuhkan.

Maka, mengenai anarkisme, apapun alasannya, tidak boleh dibenarkan. Bila kita mengkritisi anarkisme dalam bentuk kekerasan yang sering terjadi akhir-akhir ini dengan membawa-bawa nama agama, maka supaya adil kita juga harus mencermati anarki yang mengendap-endap, mengintip dan perlahan-lahan menciptakan anarki baru.

Kalau “itu” tidak boleh, mengapa “ini” boleh, bahkan disebut-sebut sebagai ibadah, atau “metode dakwah” yang inklusif (karena menyesuaikan diri dengan adat istiadat setempat) dan toleran ?


Anarki Bulan Ramadhan

Semua “keramaian” itu akan berlipatganda intensitasnya saat bulan puasa tiba. Dari pagi, siang, sore, malam, dini hari, sampai pagi tiba kembali. Suara apa pun ada : mercon, thong-thong prek, penggunaan pengeras suara untuk membangunkan sahur, tadarusan sampai larut malam, pengajian subuh, dhuha, asar, kultum tarawih, hingga takbir keliling malam lebaran.

Semua orang, apa pun keyakinannya, harus “ikut mendengarkan” semua suara itu, entah setuju atau tidak dengan suara-suara itu. Sesama umat yang tidak setuju juga (pasti) ada, apalagi umat agama lain yang jelas-jelas berbeda kepentingannya ? Bagaimana pertanggungjawaban mereka yang memerintahkan, melakukan, dan membiarkan terjadinya hal-hal seperti ini ?

Bulan Ramadhan yang (seharusnya) suci justru menjadi bulan penuh banyolan, dagelan, ngabuburit, tabuh bedug …,

Bulan puasa menjelma bulan penuh anarki yang akan melahirkan anarki-anarki lain pada bulan-bulan berikutnya.

Akibatnya, semua termasuk perilaku maaf memaafkan hanya tradisi rutin yang tak berpengaruh apa-apa bagi kemaslahatan umat.

Pada gilirannya, sepanjang tahun kita hanya sibuk dari satu acara ke acara berikutnya. Setiap hari sepanjang tahun manusia negeri ini cukup sekadar bergelut dengan symbol-simbol, penanda, ikon-ikon, ritual, seremoni. Kita cukup bangga hanya menjadi pengikut, anak buah orang-orang besar, kyai, keturunan orang-orang hebat (bahkan menjadikannya sebagai bahan kampanye).

Nyawa manusia menjadi murah karena memang hampir tak pernah ada manusia hidup di sini. Anarki menghancurkan segalanya … amat pelan … setahap demi setahap …

lintasberita

Minggu, 17 Agustus 2008

NEGERI PANJAT PINANG,

NEGERI TARIK TAMBANG,

NEGERI LOMBA MAKAN KERUPUK,

NEGERI SEPAKBOLA SARUNG,

NEGERI SEPAKBOLA DASTER,

NEGERI GIGIT SENDOK,

NEGERI PENSIL KE BOTOL, ...


bahkan pada hari yang paling bersejarah pun, rakyat negeri ini sukanya bermain-main konyol-konyolan ... sambil mengigau MERDEKA ! lintasberita

Jumat, 01 Agustus 2008

WHAT HAPPEN IN TURKEY NOW ?

MOUSTAFA KEMAL PASHA CAN NOT SECULARIZING OTTOMAN TURKEY DINASTY BY HIMSELF ALONE, BUT SUPPORTED FROM (HIDDEN) CONSPIRACY, AS CONTINUOUSLY INTRIGUES FOR CHANGING THE HUMAN “SENSE” CALLED FITRAH.

THAT CONSPIRACY (WILL) GIVE THE WORLD A NEWLY WORLD VIEW. NEW PERSPECTIVE ABOUT HUMAN KIND AT ALL. IT (THE CONSPIRACY) WAS STRUCTURED BY DISLIKENESS TO ISLAMIC RULES (READ: SYARI’AH). IT VIEWED AS A BIG ENEMY FOR A MODERN WORLD.

THE TRUTH IS, ISLAM JUST ALLOW MODERNIZATION FOR THE WORLD (AD-DUNYA) BUSINESS, NOT THE RULES, SYARI’AH. ISLAMIC PEOPLE PERMITTED TO PRAY THEIR GOD, ALLOH, WHILE MAKING SOMETHING MODERN WAY TO LIVING THEIR LIFE.

ULAMA, ISLAMIC LEADERS, CAN DO THEIR DUTY TO INVITE PEOPLE TO ISLAM WITH COMPUTERS, AS AN EXAMPLE.

THIS BLOG, ALSO, IS DEDICATED TO EXPLAIN THE WORLD ABOUT THE TRUTH OF ISLAM, NOT AS USUALLY THE WORLD KNOW FROM MEDIAS. IF YOU HEAR SOMETHING BAD, YOU MUST MAKE SURE THAT IT COMES FROM RELIABLE SOURCE, NOT A DISTORTED ONE.

IT IS HARMFUL FOR THE WORLD IF SOMETHING BIG (IN THE WORLD) VIEWED AS A BAD THING. ALLOH NEVER MAKE SOMETHING NOT GOOD FOR THEMSELVES, EXCEPT, HE/SHE PUT A HIGHER STANDARD FOR THEMSELVES.

IT WILL BECOME A BEAUTIFUL LIFE WHEN WE ACCEPT IT WITH ALL ITS CONSEQUENCES BY WHOLE MEAN HEART, AND IT WAS REVEALED BY ALLOH FROM LONG TIME AGO.

WALLAHU A’LAM.




lintasberita

Minggu, 20 Juli 2008

Benarkah Itu Uang Kita ?

Kapitalisme di satu pihak, dan kebodohan di pihak lain. Bila dua hal ini berkumpul dalam waktu yang bersamaan di suatu tempat, akan melahirkan pangeran-pangeran dan putri-putri impian kesiangan. Juga selebriti-selebriti, tokoh-tokoh masyarakat yang sekadar bermodal wajah indo, tubuh molek, atau kroni orang-orang berpunya.

Di lain pihak juga akan menghasilkan pemuda-pemuda berotak udang, berpikiran kosong, panjang angan-angan. Dari sini pula,muncullah orang-orang tua yang fedal, kata-katanya seolah ayat suci yang tak boleh dibantah, sedangkan ayat-ayat suci yang jelas-jelas diturunkan Sang Maha Suci, justru tak peduli diterjangnya pula, demi memuaskan hasrat romantisme, feodalismenya semata.

Maka, bila memberantas kebodohan (akibat kemiskinan) merupakan pekerjaan yang paling sulit dilakukan (hingga akhir zaman sekalipun), paling tidak, benahilah perilaku kalangan the have.

Bila mereka merasa keberatan untuk mengeluarkan donasi bagi orang miskin, setidaknya harus mau mengendalikan gaya hidupnya, agar tidak mencolok mata mereka yang tak dapat menikmati seperti kalangan the have itu.

Kalau tak mau menghadiahkan sepeda untuk orang yang tak memiliki sepeda, jangan membeli Jaguar model terbaru, dengan variasi-modifikasi mobil macam-macam pula.

Bukankah itu uang kita ? Hak kita ? Benar. Iya. Tapi Anda menjadi kaya dan hidup mewah, sedangkan orang-orang itu hidup sengsara,melalui proses yang tak wajar, serba tertutup, dalam masa yang penuh gejolak.

Kekayaan Anda merupakan kekayaan dalam tanda petik, yang harus dipertanyakan proses perolehannya. Kemiskinan mereka adalah kemiskinan yang harus dirunut asal-usulnya, jangan-jangan gaya hidup Anda ikut menyebabkan kondisi hidup yang tak seorang pun mau melakoninya.

lintasberita

Sabtu, 19 Juli 2008

Negeri Apa Ya ...?

Enak betul ya jadi selebriti di negeri ndeso ini : banyak uang, terkenal, dipuja-puja orang, ngomong apa pun boleh, berbuat apa saja silakan, gonta-ganti pasangan juga oke, kalau baik dihormati bak pahlawan, kalau jelek ... "ah, paling lagi apes !". Kalau berurusan dengan pengadilan pun, vonis hakim dapat direkayasa, di dalam penjara bisa ngisi pengajian atau kultum pada bulan puasa ...
Sekeluar dari penjara bisa ngarang buku "Suka Duka di Balik Terali Besi", atau dibikin lagu, diundang talkshow, teman-temannya sesama penghuni yang dulunya tempat curat dijadikan bahan lelucon, sambil wanti-wanti : "Jangan ikut-ikut saya ... (mungkin maksudnya jangan ikut-ikut apes !)

Keluar dari penjara, orang biasa akan dijauhi, disingkiri seperti layaknya pesakitan selamanya. Sedang selebriti, keluar dari sana pasti akan disambut wartawan, teman dan keluarga (bahkan seorang rocker gaek begitu keluar langsung dikawal para anggota ormas kepemudaan yang sangat terkenal). Weleh weleh ....
Begitu nongol wajahnya, dengan mata berkaca-kaca mereka akan berkata ..."... saya sudah tobat, penjara membuka mata saya..."
Terali besi seakan hanya tempat berlibur alternatif selain Bali, Amerika, Australia, atau Singapura.

Sebenarnya sih, bukan salah mereka saja diperlakukan seperti itu, kitanya saja yang memang ndeso, mental kita masih seperti layaknya bangsa terjajah : lihat "barang kinclong " sedikit saja mata terbelalak, mulut melongo.
Wallahu a'lam.
lintasberita

Jumat, 18 Juli 2008

BIAR JELEK, ASAL ...

KEMISKINAN TAK MUNGKIN DAPAT DIBERANTAS, APALAGI VIRUS KAPITALISME TELAH MERUSAK DUNIA SAMPAI TINGKAT YANG PALING TAK DAPAT DIBAYANGKAN ; BAHKAN ANTAR KELUARGA SENDIRI DAPAT SALING MEMBUNUH DEMI UANG (KAPITAL).

YANG PERLU DILAKUKAN ADALAH MEMBERANTAS PEMISKINAN, YAITU MENGURANGI TARAF HIDUP MEWAH KALANGAN ORANG-ORANG BERPUNYA. JIKA MEREKA BIASANYA MAKAN PAKET BUFFET SEHARGA Rp. 200.000,00 (DUA RATUS RIBU RUPIAH) DI HOTEL BERBINTANG LIMA, MAKA HARUS DIMULAI MAKAN PONGGOL DI WARTEG, MISALNYA.

ATAU JIKA BIASANYA BEROBAT DI SINGAPURA, MAKA SEKALI-KALI HARUS MERASAKAN PENGOBATAN DI PUSKESMAS TERDEKAT.

KALAU SERING BELANJA PAKAIAN PRODUK HAUTE-COUTURE DI PARIS, DATANGLAH KE LOS-LOS PAKAIAN PASAR-PASAR TRADISIONAL DI SEKITAR RUMAH, YANG UNTUK KE SANA PUN TAK MEMERLUKAN BANYAK BIAYA.

KOMPUTER PUN, JELEK-JELEK, DI TANGERANG SUDAH BANYAK YANG MAMPU MEMPRODUKSI / MERAKIT SENDIRI, KOK.

SEBAGAI BANGSA (DALAM DUNIA) YANG SEDANG PRIHATIN, SEHARUSNYA KITA MEMASANG TARGET : BIARPUN JELEK, ASAL MILIK KITA SENDIRI, HASIL KERINGAT KITA SENDIRI, BUKAN NYOLONG APALAGI KORUPSI !

KECUALI BILA MEMANG HIDUP KITA UNTUK GENGSI, GENGSI ITU MAHAL HARGANYA, DAN BANYAK KORBANNYA !

lintasberita

Minggu, 13 Juli 2008

Harapan Baru

Ini adalah hari pertama Almeyda Ayu Wirawan (DIDA), anakku, menuntut ilmu di sekolah formal, yaitu di Taman Kanak-kanak Pertiwi, Jl. Merak Randugunting Tegal.

Beribu harapan kusematkan di dadanya : agar ia gemar membaca, cerdas mengamati fenomena di sekitarnya, terampil mengatasi tantangan jaman, dsb. Di zamannya kelak, saat mana, mungkin saja, aku tak dapat mendampinginya, dia harus sudah mandiri. Dia harus sudah mampu membiayai sendiri hidupnya, meraih impian-impiannya sendiri maupun impian manusia pada umumnya.

Itulah antara lain alasanku mendirikan DIDA wisatabaca : agar ia menyenangi kegiatan membaca. Aku bermimpi pada saatnya nanti, orang akan dihargai berdasarkan pengetahuannya, bukan dari koneksi, kepemilikan harta, tampilan fisik semata.

Saat ini kita memandang seseorang hanya berdasar penampilan, leluhurnya saja. Sedangkan hati nurani manusia, yang oleh nabi Muhammad saw. Disebut sebagai barometer berdosa atau tidaknya seseo, tak dapat dinilai begitu saja seperti penilaian terhadap fisiknya.

Boleh saja penilaian diberikan, tapi cukup disimpan dalam hati saja, tidak perlu mempengaruhi penyikapan terhadap rang yang kita nilai. Kegiatan menaksir, menilai, adalah aktivitas keseharian kita, yang memerlukan latar belakang pengetahuan yang sahih. Apatah lagi kegiatan mengambil sikap hidup ? Jelas ini membutuhkan kualitas keilmuan yang lebih mumpuni.

Begitu banyak hati yang terluka gara-gara penilaian dan penyikapan yang sembarangan, serba memandang rendah, asal-asalan.

Kesimpulannya, pendidikan adalah harapan untuk keluar dari kegelapan yang menyelimuti dunia saat ini. Betapa banyak kesalahpahaman timbul akibat rendahnya latar belakang pendidikan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Tak terhitung jumlahnya perkara menjadi rumit di tangan mereka yang kurang berpendidikan dan kualitas mentalnya pun rendah : birokrasi yang berbelit-belit, manipulasi, penyelewengan di mana-mana adalah akibat itu semua. Jauhkan dari anakku, ya Alloh ...

lintasberita

Senin, 07 Juli 2008

STOP CAPITALISM !

CAPITALISM IS THE MOST DESTRUCTIVE WAY FOR THE BUILDING WORLD. IT MAKES THEM, RICH PEOPLE, BECOME RICHER, AND THE CONTRARY.

CERTAINLY, WHOSE PEOPLE WILL GET CHANCE TO EARN MORE MONEY BY THE SYSTEM ?

THEY MUST BE THOSE WHO HAVE ENOUGH MONEY / CAPITAL FIRST !

THOSE PEOPLE WHO DON'T, CAN NOT GET THE SAME CHANCE (BY A FAIR WAY).

IT IS UNFAIRNESS ROOT IN THE WHOLE WORLD !

IT BECOMES WORSE CAUSED BY EDUCATION SYSTEM, AS THE WAY OUT, IS CAPITALIZED, TOO !

THEN, IT REDUCES HOPE FROM THOSE POOR.

IF YOU WANT TO SEE THEM HAPPY, DONATE AND TRAIN THEM TO MANAGE CAPITAL WHICH CAN BE THEIR WAY OUT TO BETTER LIFE, AND INVITE OTHERS TO DO SO.

WE WILL LIFE TOGETHER SIDE BY SIDE.

SO, WHY DON'T WE START FROM OURSELF ?
lintasberita

Senin, 30 Juni 2008

Wong Jawa dalam Persimpangan

Dalam kesehariannya, bangsa Jawa tampil minder, serba tanggung, dan inferior. Anak-anak sekolah di Jawa paling senang mengisi deretan kursi paling belakang, sebagaimana kumpulan orang di rumah-rumah ibadah yang selalu mengisi barisan belakang lebih dulu. Di berbagai fasilitas umum orang cenderung mengambil posisi yang dirasa aman, di pinggir atau belakang , bukan di depan. Di angkutan umum bis, kereta atau pesawat, kita lebih suka mengambil tempat di pinggir jendela, bukan di sisi yang dekat dengan gang dalam bis atau kereta.

Di sekolah, guru-guru kita mengajar (hanya) berdasar teks kurikulum yang telah digariskan, sehingga acapkali hanya memindahkan materi dari buku paket saja. Guru kreatif seperti Ibu Guru Sonya (dalam sinetron “Opera SMU” di sebuah televisi swasta beberapa tahun yang lalu), atau seperti dalam novel “TOTO-CHAN” karya Tetsuro Kuroyanagi, atau seperti Prof. Johannes Surya yang sukses melahirkan juara-juara olimpiade sains tingkat dunia, hanya cerita indah penghias acara-acara talkshow saja. Institusi pendidikan hanya dipandang sebagai salah satu periode dalam hidup, yang akan segera berakhir saat periode berikutnya tiba, yaitu menikah.

Pada fase menikah, pembentukan keluarga atau rumah tangga baru, kita seringkali hanya mengikuti petuah orangtua atau common sense : sudah waktunya, kepengin, atau bahkan ‘kecelakaan’. Ini berarti kaitannya dengan masa lalu, sekadar menjalankan kebiasaan yang sudah berlangsung.

Akibat dari kebiasaan ini adalah anak-anak kita lahir tana rencana, tanpa tujuan. Lembaga perkawinan menjadi semacam industri rumahan yang memproduksi anak-anak yang akan segera menikah dan beranak lagi. ‘Ritual’ jalan hidup kita sudah dapat diperkirakan sejak kita lahir.

Kebiasaan ini mengakibatkan bapak-ibu kita sering mengingatkan anak-anaknya “aja macem-macem, aja polah, aja gawe masalah”, supaya jalan hidup kita tidak melenceng dari perkiraan tadi. Pada gilirannya, kreativitas anak-anak pun layu sebelum berkembang. Kreativitas dalam kadar tertentu sering dicap negatif, orangnya dituding mbalelo.

Di rumah-rumah ibadah, para tokoh agama hanya membaca teks yang sudah disusun sebelumnya. Intonasinya, tanpa daya tarik sama sekali. Ceramah paling memikat sekalipun, cukup menjadi retorika saja. Tidak berpengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat banyak.

Gumam kekecewaan sering terdengar akibat pelayanan yang buruk dari kebanyakan fasilitas sosial dan fasilitas umum, instansi pemerintah dan swasta. Penyelesaian masalah pun menjadi tidak jelas karena pihak yang dirugikan tak dapat membahasakan masalahnya, karena pada fase pendidikan, ketrampilan berbicara telah dilumpuhkan. Sebaliknya pihak instansi yang digugat pun tak dapat menjelaskan persoalan karena pegawai-pegawai terbiasa hanya untuk menuntut, bukan melayani.

Di Tanah Jawa arus komunikasi macet atau satu arah saja, tanpa timbal balik yang signifikan. Tidak ada pengelolaan organisasi yang standar, meliputi segenap komponen dan seluruh kepentingan. Celakanya, pemerintah di tingkat nasional mengadopsi tradisi tokoh-tokoh politik yang sebagian besar memang dari Jawa.

Fungsi supervisi yang seharusnya dilaksanakan pemerintah, tidak berjalan karena orang-orang pemerintahan mayoritas orang-orang Jawa yang di muka disebutkan tidak mempunyai visi dan misi. Kalaupun ada misi, paling-paling dalam rangka memperkaya diri sendiri.

Secara umum kehidupan “berbangsa dan bernegara”, mengecewakan karena rakyat banyak dibiarkan menjalani hidup seadanya. Mencari penghidupan sendiri, mengurusi masalahnya sendiri, dan pada akhirnya, menelan kepahitannya sendiri.

lintasberita

Capitols ...


Another gain since capitol of countries to move will be life skill equality. Life skill of people from peripheral areas is the same as it from those core one. It is urgent for people empowerment that will be necessary to the changing world.

We can not provide jobs to whom which have low level life skill, and so many talented people will be wasted as ordinary people, with usual way.

What a pity !

That will cause concentrating life skill to some people and reduce to others.

Trust me to move your capitol, and your people will take control …

lintasberita

(Segelintir) Pahlawan ...

Indonesia punya banyak pahlawan. Selain yang berperang melawan penjajah jaman dulu, saat ini banyak pahlawan lingkungan, perekonomian, pendidikan, dll.

H. Chaerudin (Bang Idin), yang memelopori pembenahan Kali Pesanggrahan, Jakarta, adalah nama seorang pahlawan lingkungan yang tak lulus SMP. Kegiatannya menata sungai di kawasan Jakarta Selatan ini bahkan mengilhami banyak gerakan kepedulian lingkungan yang lain.

Kiswanti, hanya lulusan SD, yang mendirikan Warung Baca Lebakwangi (WARABAL) di Desa Magersari, Bogor, meminjamkan buku-bukunya (gratis!) yang bermutu, selain menunggu di rumahnya, juga sering mendatangi para pelanggannya dengan menaiki sepeda tuanya. Bahkan narasi dalam sebuah acara di MetroTV menyebutkan, “Kiswanti lebih mendidik daripada para pendidik yang Cuma bisa menuntut kenaikan gaji, pengangkatan pegawai negeri sipil”.

Banyak lagi pahlawan yang lain, misalnya dalam bidang alternatif energi di desa-desa, dengan bahan-bahan kotoran hewan, kotoran manusia, angin atau bahan-bahan lain yang biasanya kita sepelekan.

Mereka, yang umumnya berpendidikan rendah, adalah sedikit di antara segelintir pahlawan kekinian yang kita miliki

Apakah kita peduli kepada mereka ?

Tidak.

Kita tak peduli, bahkan kiprah mereka hilang ditelan arus neo-kolonialisme berwujud korupsi, manipulasi, … mafia perminyakan .. oleh bangsa kita sendiri !

Segelintir pahlawan di sarang maling .

lintasberita

Sabtu, 28 Juni 2008

NEGERI GENK MOTOR,

NEGERI KONVOI KELULUSAN,

NEGERI PESTA NARKOBA,

NEGERI TAWURAN PELAJAR,

NEGERI PEMBOLOS,

NEGERI PENYONTEK,

NEGERI GENK PELAJAR,

NEGERI PERPLONCOAN,

NEGERI PESTA PORA,

NEGERI CORAT-CORET BAJU SERAGAM ...


negeri macam apa ini ?
lintasberita

Rabu, 25 Juni 2008

Sampah Masyarakat, atau, Masyarakat Sampah ?

Bila kita cermati kehidupan orang-orang yang hidup dengan cara menjual tubuhnya, entah lelaki atau perempuan, akan tampak bahwa mereka sebenarnya sama dengan kita, “orang-orang kebanyakan” ini. Mereka butuh makan, bekerja mencari penghasilan dan mengisi hidupnya dengan nilai-nilai. Kita pun demikian, bahkan seringkali kita melebihi mencari apa yang menjadi kebutuhan kita.

Bedanya dengan kita, mereka sangat menginginkan sekadar pengakuan bahwa mereka juga bagian dari masyarakat, yang keberadaannya sangat wajar untuk dipahami. Sekadar pengakuan saja tidak diperolah, apalagi aktualisasi diri ? Itu barang mewah bagi mereka.

Sebaliknya, apa yang kita lakukan kepada mereka ? Kita sering menyebutnya “sampah masyarakat”, “penyakit masyarakat”. Mana yang benar, mereka yang membuat masyarakat berpenyakit, ataukah masyarakat yang penuh penyakitlah yang membuat bagian masyarakat ini ada.

Bila kita cermati, sampah-sampah sebenarnya telah mewarnai segenap lapisan masyarakat. Coba lihat keadaan sekitar, banyak pejabat dituntut mundur dari jabatannya adalah karena ketidakmampuannya menjawab gugatan masyarakat terhadap berbagai praktek kotor dalam instansinya (terakhir yang aktual adalah tuntutan mundur terhadap petinggi kejaksaan agung sehubungan terungkapnya skandal penyuapan jaksa yang menangani kasus BLBI Syamsul Nursalim).

Jaksa macam apa yang mengadakan kesepakatan tertentu dengan oknum yang didakwanya selain jaksa sampah ? Jaksa macam apa yang membuat deal dengan koleganya untuk mengarahkan opini masyarakat selain kondisi obyektif dari terdakwa selain jaksa laknat ?

Itu baru satu institusi penegak keadilan, bagaimana lagi dengan jajaran yang lain, kehakiman, polisi, pengacara ? Pernah melihat hakim yang nakal memutuskan vonis yang ringan dengan ‘harga’ sekian ratus juta, milyar ? Atau polisi yang bersekongkol melindungi pembalak liar yang merugikan negara ratusan trilyun setiap tahunnya ? Bagaimana dengan pengacara yang ikut membela propinsi yang ingin memisahkan diri dari suatu negara dan berhasil dengan dukungan dunia internasional ? Itu semua baru sebagian kecil dari gunung es kebusukan masyarakat yang berpenyakit, kebusukan masyarakat yang sehari-hari mengenakan baju seragam hasil dari belanja gaji pegawai yang dibiayai dari pajak rakyat banyak.

Ya, semua memang berawal dari pimpinannya. Jika pimpinan suatu komunitas mengembangkan perilaku negatif, maka bawahannya akan dibiarkan berperilaku yang (hampir) sama.

Maka terjadilah apa yang telah diawali para pendahulunya. Sering disebut jika dulu orang korupsi “di bawah meja”, sekarang mereka (atau kita semua?) memakai cara terang-terangan, bahkan mejanya pun dikorupsi sekalian. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

Begitu parahnya perilaku busuk ini hingga kita masih membanggakan negeri ini sebagai negeri Pancasilais, agamis, sopan santun, kekeluargaan, dsb.

Jujurlah, kita semua sampah. Masyarakat ini adalah masyarakat sampah. Hanya masyarakat sampahlah yang sistemnya sedemikian busuk hingga menghasilkan sampah –sampah yang berkarat. Tak adil jika hanya para pelacur itu yang disebut sebagai sampah masyarakat. Bagaimana dengan mereka yang berbuat seperti dalam paparan di atas ?

Atau bila memang kita sudah tak punya nyali untuk berbuat adil, jangan sebut seorang pun sebagai sampah masyarakat, dan mari kita terus menghibur diri dengan kebanggaan-kebanggaan semu tadi …

(postingan ini hasil review tulisan saya dengan judul sama yang pernah dimuat majalah Kampus FISIP Universitas Diponegoro, OPINI, pada tahun 1998)

lintasberita

Sabtu, 21 Juni 2008

What Kind ... ?????

What kind of democracy do you like ?
It must be the democracy that match to your taste !
If not, you won't call it democracy. And when the winner comes from "islamic party", you will call it "fundamentalism, terrorism", etc.

What did you do in Turkey now (with their governmental system?), in Aljir years ago (remember Front Islamic du Salute!).
Is that what you call "democracy", "human rights" ?

In Indonesia, and many "islamic countries", moslems who want to life with pure Islam, kaaffah, are minority. Indeed, the quantity is major, but the qualify, the soul, the spirit, is minor.

Most of us are "islam keturunan", islam by inheritance, that have no interest with Islamic world prosperity. They are familiar with music, fashion, fun parties, customs, etc. They use "Islam is rahmatan lil 'alamin" words so that they believe the world will be peace with it.
No.
It is not peaceful world, but westernized peaceful world.

I don't like violations, and don't want the world felt down into war (or..., it is happening quietly without our awareness ?), but we must defend life our self.
We must fight against the world contained communities of liberalism, freedom of speech, human rights, traditional customic sufism people, etc.
Actually, it is curious (and ridiculous, too) ... liberalism at a side, and traditonalism at the other side. They walk together shouting peace, peace, peace ...

Sounds like islam is enemy of peace, moslems prefer to violate others.
How can it be ? Why they can walk around the world together ?

There are only two possibilities : from the first side cleverness, or from the other side stupidity ?
Well, which one is it ... I am not the one of them.

Many people live in wealthiness by using other too many people stupidity, foolishness.
Do you want to (it's true you did !) ?

I DON'T.

lintasberita

Jumat, 13 Juni 2008

THINK GLOBALLY,

BARANGKALI SAAT INI KITA TENGAH BERMIMPI. MENJALANI KEHIDUPAN TANPA HIDUP ITU SENDIRI. BANGSA INI DAN SELURUH DUNIA TERTATIH-TATIH MENGIKUTI LANGKAH DEWA MIMPI DUNIA: AMERIKA.

AMERIKA. BANGSA TEMUAN COLUMBUS INI MENANG KARENA MEMPROYEKSIKAN IMPIAN-IMPIAN MANUSIA : SUPERMAN, JAMES BOND, DAVID COPPERFIELD, MIKE TYSON (PADA JAMANNYA), FBI, 911, dll. YA, MEMANG ITULAH YANG LAKU KERAS DI DUNIA SAAT INI.

KALAU KITA IKUTI TERUS LANGKAHNYA, BANYAK HAL YANG HARUS DICATAT. SEKUAT APA PUN KITA MENGEJAR KETERTINGGALAN, AMERIKA TOH SEMAKIN CEPAT JUGA LAJUNYA.

JADI BAGAIMANA ?

SAMPAI KAPAN ?

MARI KITA BANDINGKAN. DAVID COPPERFIELD YANG MAMPU "MENGHILANGKAN" PATUNG LIBERTY ITU TERNYATA MANUSIA BIASA JUGA YANG TENGAH MENGHADAPI GUGATAN PENGADILAN. MIKE TYSON YANG PERKASA DI ATAS RING TERNYATA TAK DAPAT MENGONTROL DIRI DI LUAR RING. CHRISTOPHER REEVE YANG PERNAH JAYA MEMERANKAN SUPERMAN, MENINGGAL DI ATAS KURSI RODA, SETELAH KELUMPUHAN YANG BERTAHUN-TAHUN MENGGEROGOTI TUBUHNYA. FREDDY MERCURY, VOCALIS GROUP ROCK LEGENDARIS, QUEEN, MENINGGAL OLEH VIRUS AIDS YANG MENGURUSKERINGKAN BADANNYA, TAK NAMPAK SAMA SEKALI SEORANG (MANTAN) SUPERSTAR DUNIA.


IMAJINASI (IMPIAN/HARAPAN) MENGUASAI DUNIA, DEMIKAIN NAPOLEON PERNAH BERUCAP. PADAHAL KEHIDUPAN INI HARUS DIPERTANGGUNGJAWABKAN SENDIRI-SENDIRI. BILA KITA MASIH MEMBIARKAN IMPIAN MENGUASAI DUNIA (KITA), MAKA PERTANGGUNGJAWABAN ITU TAK SEMPURNA. JATI DIRI SEBAGAI MANUSIA TIDAK UTUH. PADAHAL, KODRAT SEBAGAI MANUSIA BIASA TAK MUNGKIN KITA HINDARKAN.


MAKA, JANGAN BANYAK MIMPI, DEH.

JALANI KEHIDUPAN, TERIMALAH KENYATAAN.
SALAH SIAPA ? SALAH KITA SENDIRI. YANG MASIH MEMBIARKAN PRASANGKA (YANG MERUGIKAN) MENGUASAI DIRI KITA. SALAH KITA SENDIRI JUGA, YANG MASIH TAKUT-TAKUT WALAUPUN MERASA BENAR DAN MEMBIARKAN ORANG LAIN BERANI WALAU DIA (SUDAH MERASA) SALAH.

ACT LOCALLY.

lintasberita

Rabu, 11 Juni 2008

Pendidikan Berkualitas

Sungguh menyedihkan, di tengah-tengah situasi yang centang perenang, ketika kita justru butuh sekian alasan untuk "bersatu", kita mendengar tentang adanya Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2004-2009 yang berencana membuat dua jalur pendidikan: Jalur Formal Mandiri dan Jalur Formal Standar. Sebuah gagasan yang justru berpotensi menciptakan "disintegrasi" berdasarkan kelas sosial.

Sudah saatnya kita bangkit dan mulai melakukan perubahan!

Sesungguhnya, tokoh Pendidikan Nasional kita, Ki Hadjar Dewantara, telah memberikan dasar yang kuat bagi tujuan pendidikan nasional kita. Pendidikan tidak dimaksudkan untuk semata-mata menciptakan orang pintar serta memberikan keterampilan teknis dan sikap profesional. Pendidikan, sebagaimana didambakan para perintis kemerdekaan kita, harus bersifat holistik. Harus membangkitkan jiwa. Harus "memanusiakan manusia."

Oleh karena itu, demi mewujudkan cita-cita pendidikan nasional bagi kebangkitan Indonesia, kami menyerukan:

1. Agar pemerintah, parlemen dan masyarakat untuk melihat dan mencermati kembali paradigma pendidikan nasional Indonesia, yang seharusnya mengarah pada upaya untuk "memanusiakan manusia" dalam pengertiannya yang holistik. Diperlukan perumusan baru paradigma pendidikan nasional yang akan mampu membangkitkan jiwa dan menumbuhkan cinta kasih dalam diri manusia, selain melengkapinya dengan keahlian dalam berbagai bidang.

2. Agar pemerintah, parlemen dan masyarakat mengkaji kembali segala bentuk perundangan maupun peraturan dalam bidang pendidikan yang berpotensi menciptakan "disintegrasi" sosial di masyarakat. Segala potensi disintegrasi sosial, termasuk "pengkotak-kotakan" berdasarkan kelas sosial dan agama, harus dihilangkan dan tidak dapat ditolerir keberadaannya.

3. Agar pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional, bersama-sama dengan berbagai institusi pendidikan di Indonesia, dapat menggali dan mengangkat kembali nilai-nilai universal dari khazanah budaya Nusantara, yang telah terbukti mampu mempersatukan bangsa dalam sebuah platform persatuan dan kebangsaan, untuk dijadikan sebagai bagian yang inheren dalam kurikulum pendidikan kita. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengadakan
kembali pelajaran Budi Pekerti -- atau pelajaran lain yang memiliki substansi pendidikan secara holistik.

4. Agar pemerintah lebih selektif dalam memberikan izin bagi pendirian lembaga-lembaga pendidikan. Izin mendirikan sekolah semestinya diberikan pada orang-orang yang telah teruji visinya dalam bidang pendidikan dan bukannya diberikan pada para pebisnis yang hanya ingin meraih keuntungan belaka.

5. Agar Departemen Pendidikan Nasional, bersama-sama dengan berbagai institusi pendidikan di Indonesia, dapat mengkaji kembali pengajaran agama yang diberikan di sekolah-sekolah. Pelajaran agama semestinya tidak justru menciptakan munculnya sentimen terhadap orang-orang yang beragama lain. Dalam hemat kami, mengingat agama merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas hubungan pribadi manusia dengan Sang Maha Pencipta dan Maha Pengasih, ada baiknya untuk memikirkan penempatan pelajaran agama sebagai bagian dari kegiatan ekstra kurikuler.

6. Agar pemerintah mulai memberikan perhatian khusus bagi para guru dengan cara meningkatkan kualitas maupun metodologi pengajarannya, mengangkat kembali moralnya maupun menjaga kesejahteraan mereka. Para guru yang tertekan jiwanya tentu tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan anak-anak didik yang berjiwa merdeka.

7. Agar masyarakat ikut serta memantau lembaga-lembaga pendidikan yang menyesatkan masyarakat dengan janji-janji muluk yang tak pernah dapat dipenuhinya. Masyarakat juga perlu memantau lembaga-lembaga pendidikan yang meracuni anak didik dengan kebencian pada kelompok etnis, suku maupun agama tertentu.

8. Agar masyarakat menyadari bahwa pendidikan bukan semata-mata dilakukan melalui jalur formal belaka.Oleh sebab itu masyarakat secara luas, meskipun tidak berhubungan langsung dengan lembaga-lembaga pendidikan formal, harus ikut berpartisipasi secara aktif dalam memberikan pendidikan nilai-nilai universal bagi anak didik maupun bagi lingkungan sekitarnya, di luar sekolah.

9. Agar media massa turut mengambil tanggung jawab dalam menciptakan situasi dan kondisi yang mendukung tercapainya cita-cita pendidikan ini - yaitu untuk "memanusiakan manusia" - yang dapat direfleksikan melalui berbagai program maupun berita yang mendidik. Paradigma bisnis semata dalam dunia media yang selama ini menjadi dasar bagi produksi program serta berita yang mengeksploitasi kriminalitas ataupun dunia klenik, sudah saatnya untuk ditransformasi karena justru menjadi kontra-produktif terhadap tujuan pendidikan nasional.

Semoga bangsa kita tetap jaya.

National Integration Movement, Jakarta 2 Mei 2005
lintasberita

What Kind of Democracy ?

What kind of democracy do you like ?
It must be the democracy that match to your taste !
If not, you won't call it democracy. And when the winner comes from "islamic party", you will call it "fundamentalism, terrorism", etc.
In Indonesia, and many "islamic countries", moslems who want to life with pure Islam, kaaffah, are minority. Indeed, the quantity is major, but the qualify, the soul, the spirit, is minor.
Most of us are "islam keturunan", islam by inheritance, that have no interest with Islamic world prosperity. They are familiar with music, fashion, fun parties, customs, etc. They use Ïslam is rahmatan lil 'alamin" words so that they believe the world will be peace with it.
No.
It is not peaceful world, but westernized peaceful world.
I don't like violations, and don't want the world felt down into war (or..., it is happening quietly without our awareness ?), but we must defend life our self.
We must fight against the world contained communities of liberalism, freedom of speech, human rights, traditional customic sufism people, etc.
Actually, it is curious (and ridiculous, too) ... liberalism at a side, and traditonalism at the other side. They walk together shouting peace, peace, peace ... Sounds like islam is enemy of peace, moslems prefer to violate others.
How can it be ? Why they can walk around the world together ?
There are only two possibilities : from the first side cleverness, or from the other side stupidity ?
Well, which one is it ... I am not the one of them.
lintasberita

Senin, 09 Juni 2008

NEGERI BAKSO TIKUS, NEGERI BAKSO BORAKS, NEGERI DAGING GLONGGONGAN, NEGERI DAGING SUNTIKAN, NEGERI PASTA GIGI PALSU, NEGERI SHAMPOO PALSU, NEGERI KOSMETIK PALSU, NEGERI OLI OPLOSAN, NEGERI MINYAK GORENG OPLOSAN, NEGERI GORENGAN PLASTIK, NEGERI PENEBAR PAKU, NEGERI PEMBIUS PENUMPANG, NEGERI PENIMBUN MINYAK, NEGERI PECURANG GAS, NEGERI PUPUK PALSU, NEGERI TELUR ASIN PALSU, NEGERI BEDAK BAYI PALSU, NEGERI BAHAN PENGAWET, NEGERI BAHAN PEWARNA, NEGERI PENGEMIS PENIPU, NEGERI APARAT BACKING PENCOPET, NEGERI PENJARA PENUH NARKOBA, NEGERI ABORSI, NEGERI KANIBAL ONDERDIL, NEGERI PESAWAT TELEVISI PALSU, NEGERI VCD PLAYER PALSU ...


negeri ini dipenuhi orang kreatif atau jahat ?

lintasberita

Capitols : On the Move (the Next)

The next gain from moving capitols (separated development) is decreasing crime at that recent capitols. This good news will cause turning situation down, more condusive life, and so on. Peoples at the recent capitols feel decreasing stress and anxiety from other (strange) people.
Nowadays
we must look at other people as a leader for him (her) self, but not a part of a community / group / team anymore. Then, they have to be given same chance to build their own life. If not, and the bad recent situation continuously happened, we are all in the same situation : minoritiness.

All of violence, rebellion against government, intermass conflict, caused by minoritiness feeling.

This feeling, comes from centralizing developed areas, different access to mass media, etc. We all know, news from some people are welcomed news, “good” news, but “bad” news from some other people who disagree with the first one.

If we talk about religion freedom, we must access qualified information about religion, not a junk one, not a distorted one.

If we want to build national character, we must make sure that there are no domination from one to another people, from an area to another one.

So, back to previous words above, we must look at people as a domain of him (her) self.

It will be an unrighteousness when some people viewed as a "special one", "wali", "saint", that his talkative become "law", so that ordinary people cry become piece of cake matter.

For example (it is my class teaching experience), since a teacher pay attention, listen, to each part of class suggest, thus the class will be an interactive class, controllable class. The class will accept you as a friend, not a superior people. Further, if I ask them to do something, it would be done easier usually.

So..., why don't you realize ?

Or..., you do use this bad situation ?

lintasberita

Kamis, 05 Juni 2008

Musang Berbulu Domba

Masya Allah ... di negeri yang mayoritas Islam ini umat yang ingin melaksanakan syariat agamanya secara murni justru diburu seperti pesakitan, dicaci-maki dan dituding fundamentalis, teroris, sedangkan tokoh umat Islam yang jelas-jelas menyatakan bahwa Al Qur'an adalah kitab suci yang porno malah dianggap sebagai "orang suci", "wali". Bahkan banyak pengikutnya yang berani membentuk "pasukan berani mati", demi membela seonggok daging yang begitu mudah penciptaan dan pemusnahannya di mata Sang Pencipta.

Allah, meskipun juga tak senang dengan kekerasan, dan kami mungkin bukan hambaMu yang terbaik, namun telah berusaha untuk tidak mengikuti mereka yang hanya mengikuti hawa nafsunya, dengan berdasarkan pada firmanMu :

"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Alloh". (QS. Al 'An'am, 116)

Lead us to reach your right path, Alloh ...!
Don't leave me alone on this wild world ...
lintasberita

Minggu, 01 Juni 2008

NEGERI PLAYSTATION, NEGERI GAME ONLINE, NEGERI CHATTING, NEGERI SOUVENIR, NEGERI ODONG-ODONG, NEGERI KERETA KELINCI, NEGERI TOPENG MONYET, NEGERI KUDA LUMPING, NEGERI PASAR MALAM, NEGERI UPACARA ADAT, NEGERI KARNAVAL, NEGERI PAWAI ...

negeri apa lagi ini ...
lintasberita

Jumat, 30 Mei 2008

Capitols : On The Move

IT is TIME for THOSE CAPITOLS of ALL COUNTRIES in THE WORLD to MOVED. The main benefit of this idea is more fairly separation of developing country areas.

For example, a research mentioned that money circulation in Jakarta, the capitol of Indonesia, is about 70 %, and the other 30 % is separated out of Jakarta. Meanwhile the area of Jakarta is less than 10 %, but the others are more than 90 % of whole Indonesian areas.

Imagine this … 10 % area enjoy 70 % money (its acceptance is not fair, too), but more 90 % area must fight to get those (only) 30 % money.

It isn’t fair, isn’t it ?

In Rio de Janeiro, Brazil, we can find that crime index is about 202,7 / day ! It is a very dangerous condition ! That is one of some bad impact when development are centered at one area, or city, or country.

OK Mr. Bush, Mr. Ban Ki Moon, Mr. SBY, and all leaders in the whole world, you must heal the world (lend me your words, Jacko!) by giving chances to peripheral areas to develop. And it will happen if you empowering peoples to move the capitol of your country.

It won’t happen when you just urge political earnings for yourself.

Well, which one is the most important for you ?

lintasberita

Kamis, 29 Mei 2008

JUMLAH BANYAK MEMANG PENTING, TAPI .... (lanjutan)

KALAU KAMU MENGANDALKAN BANYAKNYA JUMLAH PENGIKUT UNTUK MEMENANGKAN SESUATU, ITU BERARTI KAMU HANYA MEMANFAATKAN KEBODOHAN ORANG-ORANG YANG EMOSIONAL SAJA.
(memang orang kita banyak yang seperti ini, jadi gampang dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu)

KALAU KAMU MENGANDALKAN DIRIMU SENDIRI SAJA DAN MENISBIKAN BANTUAN ORANG LAIN, BERARTI KAMU SOMBONG DAN MEMBUNUH DIRIMU SENDIRI.

MEMANG ... JUMLAH BANYAK ITU PENTING, TAPI KUALITASNYA JUGA HARUS DICUKUPI.
lintasberita

Senin, 26 Mei 2008

Soeharto : Pahlawan atau Koruptor ?

Jika seorang tokoh masyarakat berbuat baik, maka itu adalah kewajibannya. Bukan suatu hal yang istimewa. Perbuatan baik seorang artis, pejabat, kepala negara kepada rakyatnya, tidak layak disebut sebagai “jasa”. Dengan segala kewenangan, kemmapuan, dan popularitasnya, mudah saja mereka berlaku demikian, di saat banyak orang ingin berbuat baik.
Di saat banyak orang ingin “menjadi pahlawan”, para tokoh masyarakat wajib berada di garis depan kepahlawanan. Itu adalah tugasnya. Rakyat menggaji dia, mendukung popularitasnya, untuk melaksanakan tugasnya tersebut.
Maka tak layak seorang (mantan) pejabat atau tokoh masyarakat diberi gelar kepahlawanan, bintang jasa atau bahkan dikuburkan di makam pahlawan, dengan upacara kebesaran militer.
Dengan pemaparan begini, timbul pertanyaan : apakah Soeharto itu seorang pahlawan ?
Jelas bukan.
Apakah dia seorang koruptor ?
Itu harus dibuktikan oleh pengadilan yang independent dan transparan.
Tidak mungkin ada manusia yang seratus persen baik, atau seratus persen jelek.
Harus ada prosedur pertanggungjawaban yang fair sebelum seorang (mantan) tokoh masyarakat diberi penghargaan atau dijatuhi hukuman.
Ini berarti, perlakuan yang diberikan kepada mendiang Soeharto : memakamkannya dengan upacara militer, mendoakan dengan tahlilan, itu adalah berlebihan, dan membuktikan bahwa kita adalah bangsa inferior, butuh waktu lebih lama untuk bangkit.
lintasberita

Sabtu, 24 Mei 2008

Mana Indonesiaku ?

Menonton tingkah selebriti Indonesia dari televisi (swasta) rasanya semakin menyebalkan saja. Belum hilang dari ingatan skandal asmara seorang artis dengan seorang petinggi partai dan jajaran pimpinan dewan yang mulia, sepak terjang para penyanyi dangdut yang menonjolkan goyangan tubuhnya sebagai aset, gonjang-ganjing rumah tangga pemusik terkenal yang tak kunjung berujung, kini layar televisi swasta kita diramaikan oleh konflik pasangan kumpul kebo.
Rakyat banyak yang sudah lelah oleh deraan krisis semakin terbata-bata menata hidupnya, demi menyaksikan perilaku para tokoh yang begitu selfish, individualistis.
Mungkin negeri ini hanyalah sepenggal kecil dalam periode hidup mereka. Cuma tempat transit dari segala hiruk pikuk dunia. Namun mereka. orang-orang besar itu, yang berwajah ayu dan ganteng, adalah "dewa" bagi orang banyak.
Tak jarang kita saksikan orang menangis demi melihat pujaannya, banyak pula yang memajang foto mereka di kamar-kamar, atau sekadar mendaftar layanan HP selebriti hanya untuk mengetahui kegiatan mereka sehari-hari.
Sebagai negeri yang sedang krisis, Indonesia termasuk boros.
Uang yang ada dipakai untuk membuncitkan perut para pejabat makelar rakyat, sedang uang yang tersisa dibelanjakan untuk kegiatan yang tak perlu : arisan, pengajian, seremoni mewah, pesta musik, narkoba, atau membiayai sayembara mencari kucing hilang milik istri gubernur ...
Ada baiknya jika rakyat bersatu menolak menonton televisi swasta karena selain hanya menampilkan wajah-wajah asing yang merampas jatah lapangan kerja untuk orang Indonesia, juga karena tidak memberikan kontribusi apa pun.
Ujung-ujungnya, masyarakat pun menjadi korban bagai kerakap di atas batu :
hidup segan mati pun tak mau ...
lintasberita

Senin, 19 Mei 2008

Kebangkitan Banyolan

Apa sih bukti adanya kebangkitan nasional itu ? Konvoi motor gede keliling Jawa sejauh 1908 kilometer ? Penampilan (glamour) para selebriti dalam kabaret di televisi itu ? Semakin banyaknya produksi film nasional di layar lebar ?
Ataukah kenaikan harga BBM ?
Ataukah, konflik sosial yang semakin merebak di mana-mana ?
Ataukah ..., pembunuhan diri bapak dan anak-anaknya di Tegal ?
Ya, hari ini genap 100 tahun kebangkitan nasional.
GENAP SERATUS TAHUN ?
Wow, itulah dia!
Kita masih suka menghubung-hubungkan.
Nomor keberuntungan.
Angka keramat.
Link-link yang tidak ilmiah itu seakan menjadi penghubung ke acara-acara festival,, hura-hura, pesta pora.
Ulangtahun (apapun) kelipatan angka sepuluh dan lima akan lebih meriah acaranya dibanding selainnya. Dan akan mencapai puncaknya bila mencapai angka 100, atau 1000.
Sehingga kita mengenal kawin perak 25 tahun, kawin emas 50 tahun (kalau 100 tahun kawin apa ya? kawin platinum ngkali!)
Acara-acara televisi yang banyak mengundang ha ha hi hi pun bila mencapai episode seribu pasti akan menampilkan bintang tamu yang lebih ha ha hi hi hu hu he he ho ho, seolah semua persediaan tawa harus dikeluarkan saat itu juga. Semua orang harus terbahak-bahak, seakan langit runtuh di bumi Indonesia. Agar tampaklah negeri yang subur makmur.

Bukan.
Bukan negeri yang subur makmur.
Tapi negeri mesin tawa, ngeri ngocol, negeri mbanyol ...
Seabad kebangkitan nasional, beribu tanya mendesak-desak di dada :

apanya yang bangkit ???
lintasberita

Toko Buku DIDA wisatabaca




Menandai Hari Kebangkitan Nasional, DIDA wisatabaca menerbitkan buku belajar membaca untuk anak-anak, yang berisi pengetahuan praktis yang jarang diketahui orang-orang besar sekalipun. Dengan buku-buku ini, anak Anda akan semakin gemar membaca dan ... smart

Aneka pengetahuan itu misalnya : "Bill Gates, meskipun tidak lulus kuliah, namun dikaruniai minat belajar dan gemar membaca, sehingga dia kini menjadi orang terkaya ketiga di dunia".

Minat ? Hubungi alamat DIDA wisatabaca di atas, harga 1 (satu) eksemplar buku Rp. 7.000,00 (Tujuh ribu rupiah SAJA!). Tersedia juga judul-judul lain : "Gemar Membaca", "Unak-unik Dunia Hewan", "Unak-unik Dunia Tumbuhan", dan lain-lain.

AYO BURUAN ! lintasberita

Rabu, 14 Mei 2008

Ujian Alternatif

Mungkin akan baik jika ujian untuk anak sekolah ditempuh dengan cara mengambil referensi dari buku paket/cetak yang memuat materi pelajaran yang diujikan, dan dengan waktu yang dibatasi, misalnya 3 menit.
Pada saat ujian berlangsung, mereka dperbolehkan membawa buku sebanyak-banyaknya untuk melihat penjelasan materi.
Hikmahnya, anak akan lebih rajin membaca untuk mengenali bukunya, lebih taktis strategis menyelesaikan materi ujian.
Bagaimana dengan soal ? Tentu saja soalsoal ujian dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak sama persis dengan contoh soal yang di buku-buku referensi.
Sistem ujian yang sekarang, selain hanya mengandalkan daya ingat (bukan daya nalar, ini berarti hanya hafalan saja), juga tidak menciptakan kebiasaan gemar membaca dan mengakrabi buku pada diri anak-anak sekolah. Tentu saja, dengan kondisi demikian, tujuan pendidikan (nasional) tak akan tercapai.
Selama ini cara-cara yang dipakai untuk ujian anak sekolah hanya menghasilkan segelintir anak-anak yang pintar menghafal materi, namun tak sanggup menalar, apalagi menganalisis dan memberi solusi atas fenomena sosial kemasyarakatan yang terjadi di sekitarnya.
Akibatnya lahirlah generasi yang apatis-pasif-reaktif, bukan generasi yang antisipatif terhadap tantangan jaman. Jika mereka tak dapat melanjutkan sekolah, maka pilihan satu-satunya adalah menganggur, atau membantu orangtuanya bekerja. Jika otangtuanya pun menganggur, maka mereka hanya bisa begadang dengan teman-temannya, aau main playstation, chatting internet, game online ..... lintasberita

Senin, 12 Mei 2008

UASBN : Apa lagi itu ?

Hari ini kita mulai lagi ujian tahunan yang memaakan biaya, tenaga, pikiran ...
"Ritual" tahunan dengan hasil yang tak sebanding itu mungkin sangat bagus untuk mereka murid-murid tingkat sekolah dasar yang tinggal di kota, dengan fasilitas yang bagus, dukungan penuh dari orangtua.
Namun bagaimana yang di desa?
Mau berangkat setiap hari saja mungkin sudah bagus, apalagi mencapai standar kelulusan yang memenuhi kriteria... lintasberita

Minggu, 11 Mei 2008

NEGERI POCONG HITAM, NEGERI SUSTER NGESOT,

NEGERI SMS SANTET, NEGERI KOLOR IJO, NEGERI HANTU

JERUK PURUT, NEGERI SI MANIS JEMBATAN ANCOL,

NEGERI TEROWONGAN CASABLANCA, NEGERI TUYUL,

NEGERI TENGKORAK, NEGERI BABI NGEPET, NEGERI

HANTU AMBULANCE, NEGERI NYI RORO KIDUL, NEGERI

MBAH PANGGUNG …


apa lagi yang tersisa di negeri apakah namanya ?
lintasberita

Kamis, 08 Mei 2008

NEGERI APAKAH NAMANYA TIDAK BISA LEPAS DARI MASALAH JIKA MAYORITAS UMAT ISLAM MASIH BERKUTAT PADA SUFISME,ROMANTISME, PENGHORMATAN BERLEBIHAN KEPADA KYAI, "WALI", MAKAM KERAMAT, TAHLILAN, YASINAN, SYUKURAN, DOLANAN ...
SEMENTARA MEREKA KAUM TEKNOKRAT BARAT SUDAH MENEMUKAN TEKNOLOGI GADGET TERBARU, KITA DI SINI MASIH SIBUK BEGADANG, RASAN-RASAN, MAIN PLAYSTATION, LAYANGAN, VIDEO PORNO ... lintasberita

Senin, 05 Mei 2008

Manusia Kotak

Dunia semakin sering melahirkan orang-orang besar, orang-orang yang kemudian merasa bebas mempermainkan hitam putihnya dunia. Orang-orang yang merasa memegang kunci kotak Pandora silang sengkarut dunia.
Sementara jauh di dalam tempurung, negeri apakah namanya tak henti melahirkan orang-orang kerdil, orang-orang yang minder menatap dunia dan bebas menindas yang tak berdaya.
Orang-orang besar bertahta di menara gading, memandang sebelah mata kepada orang-orang kerdil.
Orang-orang kerdil, terus menerus mengutuki dirinya sendiri sebagai orang lemah, tak berdaya, sehingga masing-masing merasa harus dikasihani, disantuni.
Alangkah “mengherankan” melihat mereka hidup dalam “kotak”nya masing-masing.
Orang hebat selalu hidup out of the box, karena memang di situlah kenyamanannya. Orang kerdil dengan segala macam bungkus “agama”, “moral’, "adat istiadat", tak pernah mau keluar dari tempurungnya, karena memang di sinilah dia hidup nyaman.
Cobalah untuk sesekali keluar dari kebiasaan kita, cari pengalaman baru, buka wawasan, mencicil kebesaran … lintasberita

Rabu, 16 April 2008

Tentara dan Makam Pahlawan

Ketika jenazah Soeharto dimakamkan dengan upacara kebesaran militer, saya terhenyak. Ketika Benny Moerdani dimakamkan di taman makam pahlawan (selanjutnya TMP), saya kaget. Ketika empat orang tentara yang bertugas di Aceh mati ditembak temannya sendiri kemudian juga dikebumikan di TMP, merinding bulu kuduk ini.
Apakah setiap tentara itu berjasa kepada negara? Apakah setiap mantan pejabat itu putra terbaik bangsa?
Bagaimana dengan tentara yang menginjak-injak orang dengan sepatu larsnya? Bagaimana dengan pejabat / mantan pejabat yang korup? Bagaimana dengan guru yang korup? Masih pantaskah disebut "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" ?

Bukan berarti saya tidak percaya bahwa mereka adalah putra terbaik bangsa, bukan berarti saya tidak percaya bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Namun, seharusnya ada mekanisme pertanggungjawaban pejabat sebelum mengakhiri masa baktinya.
Seharusnya ada mekanisme amar ma'ruf nahi munkar yang adil di sini, namun karena kita sudah terkungkung budaya inferior, penghormatan berlebihan kepada para tokoh, maka jadilah kita sebagai bangsa penjilat.
Anda mau begitu?
SAYA TIDAK !

lintasberita

Minggu, 13 April 2008

Jumlah Banyak Memang Penting, Tapi...

Sebuah koran lokal di Tegal Rabu 9 April 2008 menyebutkan, dari 2.399 siswa SMA negeri dan swasta (di Tegal), hanya 615 siswa saja yang (pantas) lulus berdasarkan kriteria yang ditentukan. Agaknya memang, di samping semangat belajar anak-anak didik kita yang sudah rendah, didukung oleh metode pengajaran, mutu guru yang juga asal-asalan, dan juga oleh korupnya regulator (pemerintah).

Seiring dengan makin meningkatnya jumlah lulusan sekolah, pemerintah mungkin mengkhawatirkan dampaknya terhadap penyediaan kesempatan kerja untuk mereka. Ini tentu saja tidak sejalan dengan (sebagian) sekolah yang menginginkan 100% siswa level terakhirnya lulus, juga tidak sejalan dengan kebijakan (sebagian) birokrat yang wanti-wanti kepada para kepala sekolah untuk, misalnya, agar siswa yang tidak naik kelas tak lebih dari 5%.

Lho?! Apa-apaan kyeh?

Kalau dipikir bodhon (gampangan) saja, anak yang dapat memahami suatu materi pelajaran tertentu saja, paling hanya satu sampai (katakanlah) tujuh orang. Ini baru satu materi pelajaran, lha kepriben angger seluruh materi semua pelajaran? Pasti hanya sedikit saja yang dapat menyerapnya, dan kemudian naik kelas.

Jadi, mana relevansinya antara kebijakan birokrat yang membatasi angka ketidaknaikan kelas dengan kondisi nyata dunia pendidikan kita? Jelas ini kontraproduktif! Jelas ini menghambat mainstream semangat pembangunan yang mengharuskan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif, bukan sumber daya yang manipulatif!



Asbabun Nuzul Surah ‘Abasa

Pernah dengar cerita orang buta yang ditolak oleh Muhammad saw, yang beliau justru berpaling kepada para pembesar yang diperkirakan bila berdakwah kepada mereka akan membawa pengikut yang banyak? Bagaimana kemudian kejadiannya? Allah swt. menegur kanjeng nabi kita, sehingga kemudian setiap kali nabi bertemu dengannya, Abdullah bin Umi Maktum, nabi memanggilnya dengan sebutan “Hai orang yang aku ditegur Allah karenamu!”

Allah menegurnya karena Abdullah bin Umi Maktum ini bersungguh-sungguh mengharapkan bimbingan ilmu agama, bukan asal, bukan sekedar ikut-ikutan. Ikut-ikutan temannya kek, orangtuanya kek, saudaranya kek, atau tetangganya. Orang buta ini benar-benar mengharapkan bimbingan nabi agung junjungan kita.

Sedang para pembesar itu tidak begitu membutuhkannya. Mereka sekadar mengikuti tren yang berkembang saat itu, yang seakan-akan semua sudah menerima islam, setelah banyak yang menjadi pengikut risalah yang lurus ini.

Begitulah sebagian besar anak didik di Indonesia, disuruh belajar mereka tak mau, begitu mau ujian kedhandhapan berdoa, puasa senen-kemis, baca pancasila sampai sepuluh ribu kali, al Fatihah 70.000 kali tanpa bernapas he .. he .. he.. Mungkin bisa lulus, tapi bisa bersaing apa tidak? Atau hanya akan menjadi beban masyarakat saja?

Nah, jadi …, jumlah yang banyak memang penting, tapi … tentu harus dengan kualitas yang cukup (tak usah mentargetkan bagus atau tinggi), bukan sekadar “cuci gudang” saja !

lintasberita