ANAK KANGURU NAIK KE KANTUNG INDUKNYA UNTUK ISTIRAHAT DAN MAKAN ("AKU TAHU!" : Asal Tahu Saja, Suranto Adi Wirawan, 2010)

Jumat, 11 April 2014

HARI BERSOLEK (1)

Sudah menjadi tradisi tiap tanggal 21 April para pelajar diminta (diwajibkan ?) pihak sekolah untuk berdandan ganteng dan cantik (terutama memang bagi murid perempuan) kemudian mengenakan pakaian adat daerah . Solusi paling mudah tentu saja meriaskan mereka di salon-salon kecantikan termasuk pakaian adatnya, pun telah disediakan.
Pesan pendidikan apa yang tersampaikan dari kegiatan tersebut ? Mencintai budaya sendiri ? Emansipasi wanita ? Jauh panggang dari api. Para pelajar tak mengerti apa itu emansipasi wanita dan para orangtua pun tak memahami, bahkan upaya melestarikan budaya bangsa. Mereka hanya berlomba-lomba menampilkan sosok “Kartini” yang tercantik, glamor, salonnya pun haruslah yang mahal, agar nanti mendapat komentar “bagus, serasi dengan postur badan pemakainya, bla bla bla”, persis seperti kontes-kontesan atau ratu-ratuan di televisi yang dikomentari “penampilan kamu hari ini sudah sangat sempurna, baju atasan berwarna cerah yang dipadu-padankan dengan rok bawahan berenda yang terlihat serasi dengan warna atasannya”, atau “kayaknya lipstik warna merah muda itu tidak cocok karena warna bibirmu sudah pucat, nanti tampak seperti mayat”.
Tampaknya tidak ada perubahan signifikan yang terjadi semenjak rejim Orde Baru berganti dengan rejim penguasa penerusnya.  Barangkali yang berubah hanya level korupsi kini semakin menginjak stadium akut : jika dulu korupsi dilakukan di bawah meja, sekarang korupsi dilaksanakan tanpa meja, sebab mejanya pun dimakan. Adapun kehidupan berbangsa dan bernegara tidak beranjak dari artifisial, kamuflase. 
lintasberita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment here ..