Inilah cikal bakal madrasah, yang berawal dari
sekolah-sekolah swasta bentukan masyarakat sendiri sebagai wujud kegeraman atas
sekolah-sekolah bentukan penjajah.
Dalam perkembangannya, sekolah umum lebih diminati
kalangan orangtua murid ketimbang madrasah. Ini merupakan ironi, sebab, selain
porsi pendidikan agama di sekolah umum yang sedikit, pula karena praktek
pengajaran ala penjajah masih kerap ditemui pada sekolah umum. Misalnya,
pencekokan materi pelajaran yang sejatinya pengkerdilan daya nalar peserta
didik, pendapat guru selalu benar - tak boleh dibantah, dll.
Dengan landasan semangat kembali pada perjuangan
bangsa, maka Kementerian Agama agaknya tengah berupaya maksimal menguri-uri eksistensi madrasah. Upaya pemerintah ini patut disambut hangat
karena, di luar berbagai cap jelek yang ditabalkan pada Kementerian Agama,
disemangati oleh romantisme kembali pada eksistensi awal sebagai bangsa pejuang
yang ‘berdikari’ (berdiri di atas kaki sendiri, meminjam istilah Bung Karno),
bukan bangsa pegawai, yang sekadar mewarisi sistem peninggalan bangsa penjajah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment here ..