Pada saat ujian berlangsung, mereka dperbolehkan membawa buku sebanyak-banyaknya untuk melihat penjelasan materi.
Hikmahnya, anak akan lebih rajin membaca untuk mengenali bukunya, lebih taktis strategis menyelesaikan materi ujian.
Bagaimana dengan soal ? Tentu saja soalsoal ujian dimodifikasi sedemikian rupa agar tidak sama persis dengan contoh soal yang di buku-buku referensi.
Sistem ujian yang sekarang, selain hanya mengandalkan daya ingat (bukan daya nalar, ini berarti hanya hafalan saja), juga tidak menciptakan kebiasaan gemar membaca dan mengakrabi buku pada diri anak-anak sekolah. Tentu saja, dengan kondisi demikian, tujuan pendidikan (nasional) tak akan tercapai.
Selama ini cara-cara yang dipakai untuk ujian anak sekolah hanya menghasilkan segelintir anak-anak yang pintar menghafal materi, namun tak sanggup menalar, apalagi menganalisis dan memberi solusi atas fenomena sosial kemasyarakatan yang terjadi di sekitarnya.
Akibatnya lahirlah generasi yang apatis-pasif-reaktif, bukan generasi yang antisipatif terhadap tantangan jaman. Jika mereka tak dapat melanjutkan sekolah, maka pilihan satu-satunya adalah menganggur, atau membantu orangtuanya bekerja. Jika otangtuanya pun menganggur, maka mereka hanya bisa begadang dengan teman-temannya, aau main playstation, chatting internet, game online .....

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Comment here ..